Persepsi Dan Penghargaan Masyarakat Atas Doktrin Pemisahan Ruang Publik Dan Domestik Berbasis Gender Di Yogyakarta
DOI:
https://doi.org/10.0007/majapahitpolicy.v2i2.1951Kata Kunci:
Persepsi masyarakat, Penghargaan masyarakat, doktrin pemisahan ruang publik dan domestik.Abstrak
Pembagian peran di dalam masyarakat secara historis masih setia berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki san perempuan.
Meskipun dasar pembagian ini masih bertahan, namun senantiasa menimbulkan perdebatan dari waktu ke waktu. Perdebatan
tersebut muncul terkait dengan ungkapan “layak” dan “pantas”. Pekerjaan apa ayng layak dan pantas dilakukan oleh laki-laki dan
layak serta pantas dilakukan perempuan. Seiring dengan perkembangan masyarakat, terutama dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri, ukuran layak dan pantas tersebut terus berubah. Tuntutan kebutuhan keluarga, peluang kerja bagi perempuan
dan tinginya ketrampilan dan pengetahuan perempuan merupakan alasan mengapa peran perempuan bergeser dari ranah domestik
ke ranah publik. Namun karena pekerjaan domestik dianggap tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga perempuan yangselama ini lebih
banyak melakukan pekerjaan domestik kurang dihargai dibandingkan laki-laki yang melakukan pekerjaan mencari nafkah. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat apakah bergesernya perempuan bekerja di ranah publik juga berdampak pada pengahargaan yang sama
terhadap laki-laki. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Dari penelitian ditemukan pertama, kondisi masyarakat sudah tidak
sesuai dengan konstrksi pembagian peran awal, ayitu laki-laki bekerja di ranah publik dan perempuan di ranah domestik. Kedua,
benar bahwa pekerjaan mencari nafkah lebih dihargai dibandingkan dengan pekerjaan domestik. Kedua, teori nurture lebih terbukti
yaitu pembagian peran bukan bawaan alami tetapi busa dirubah. Ketiga, masyarakat memang lebih menghargai peran mencari nafkah
dibandingkan dengan peran domestik.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Majapahait policy