Komunikasi Asertif pada Mahasiswa Duck Syndrome di Mojokerto

Penulis

  • Ratnaningrum Zusyana Dewi Universitas Islam Majapahit

Kata Kunci:

komunikasi asertif, duck syndrome, prestasi

Abstrak

Seringkali kita dipaksa oleh lingkungan untuk selalu adaptif dan resposif menghadapi berbagai situasi. Situasi yang penuh tekanan, persaingan, dan konflik, membuat seseorang harus bertindak untuk segera mencari solusinya. Dalam dunia mahasiswa hal-hal seperti itu sering menimbulkan dilema tersendiri. Dunia akademik dan dunia sosial adalah 2 hal yang setiap hari dihadapi mahasiswa. Selain gagap menghadapi materi kuliah yang berbeda sama sekali dengan masa sekolah menengah, mereka juga harus mengalami problema relasi sosial yang tak kalah rumit.

Situasi seperti ini mengakibatkan mahasiswa banyak terkena duck syndrome, yaitu suatu keadaan dimana seseorang terlihat baik-baik saja, padahal sedang berjuang sekeras mungkin untuk menanggulangi berbagai masalah yang sedang dihadapi. Istilah ini diambil dari analogi seekor bebek di sungai  yang berenang anggun kesana kemari, padahal kakinya di bawah permukaan air bergerak terus-menerus menjaga keseimbangan badannya supaya tidak tenggelam. Mahasiswa yang baru saja keluar dari masa sekolah menengah menghadapi permasalahan akademik dan kehidupan sosial  yang sama sekali baru di lingkungan kampusnya. Sekuat tenaga mereka berusaha memecahkan persoalan tanpa terlihat pada penampilannya. Jatuh bangun dilkukan agar masalah yang membelit mereka cepat terselesaikan. Performa mereka tetap saja ceria, bahagia, dan nirmasalah. Bila hal seperti ini dibiarkan saja, maka dikawatirkan prestasinya tidak bisa optimal. Mereka dihantui kecemasan terus-menerus, memelihara hambatan yang tidak disadarinya, dan tidak mendapat pemecahan masalah yang solutif.

Dengan metode deskriptif, dihasilkan gambaran betapa sindroma ini banyak melanda mahasiswa. Mereka kebingungan menghadapi situasi dan kondisi di lingkungannya. Ada beberapa mahasiswa yang bisa bangkit dan introspeksi, selanjutnya mencari solusi dengan mengkomunikasikan kekurangan dan kesalahan yang diperbuatnya. Tetapi ada juga sebagian yang tetap gagap dan gagal menghadapi kehidupan akademik dan sosialnya. Komunikasi asertif menawarkan solusi. Komunikasi asertif adalah proses komunikasi yang berani mengeluarkan ide-ide, gagasan, kritik, tanpa menyakiti atau merendahkan orang lain. Gaya komunikasi ini biasanya ideal untuk menghadapi situasi macam apapun.   Tetapi ternyata tidak semua mahasiswa bisa memanfaatkannya. Kemampuan  mahasiswa mengelola kecemasan berbeda-beda. Dengan komunikasi yang asertif mahasiswa bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi, sehingga tidak mempengaruhi prestasi di kemudian hari

Referensi

Adam, L & Lenz, E, 1995, Be Your Best, Jakarta, PT. Gramedia

Gufron, N & Risnawita, 2010, Teori Kepribadian, Jakarta, Salemba Humanika

Mulyana, Dedy. 2013. “Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Setiono, V dan Pramdi A, 2005, Pelatihan sertivitasdan Peningkatan Perilaku asertif pada Siswa SMP, Anima, Indonesia Psychological Journal vol 20, No 2, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Utami, SM, 2001, Penelitian Harga Diri dan Kecemasan Berbicara di Muka Umum pada Mahasiswa Yogyakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Widyastuti, Tri, 2017, Komunikasi Asertif Terhadap Pengelolaan Konflik, Jurnal BSI, Vol. IX No. 1 Maret 2017

##submission.downloads##

Diterbitkan

2022-02-14